DaerahNTT

Aksi Damai 1000 Lilin Dari Komunitas Pemudsa Peduli Amarasi

Kupang, Mitratoday.com – Aksi Damai 1000 lilin dari Komunitas Pemuda Peduli Amarasi (KPPA) dan Perhimpunan Mahasiswa Kabupaten Kupang (Permasku) hari ini sukses digelar dengan melibatkan ratusan pemuda Amarasi.

Aksi ini sebagai bentuk kepedulian Pemuda Amarasi kepada sesama khususnya almarhum Milka Boimau yang diduga dokumennnya dipalsukan serta kematiannya yang tidak wajar.

Ketua KPPA, Chris Bani ketika ditemui awak media, Selasa (27/3/2018) disela-sela aksinya mengatakan perdagangan manusia adalah segala bentuk jual beli terhadap manusia, dan juga ekploitasi terhadap manusia itu sendiri, dalam hal ini perbudakan atau praktek yang menyerupainya, apalagi jika ada pengambilan organ tubuh manusia.

Menurut Chris, hal ini sudah sangat menyedihkan bagi orang – orang yang mengalami Human Trafficking atau Perdagangan Manusia, mereka sering di iming-imingi dengan gaji yang besar jika bekerja di luar negri, sedangkan pada kenyataannya jangankan mendapatkan gaji yang besar,mereka bahkan di siksa dan juga dianiyaya disana.

“Biasanya orang terlibat dalam Human Trafficking ini adalah orang yang sudah sangat dekat dengan sang korban, seperti teman, saudara, atau bahkan orang tua sendiri.

Hal yang lebih mengerikan lagi adalah terkadang mereka sama sekali tidak mengetahui dan menyadari bahwa mereka terlibat dalam Human Trafficking atau Perdagangan Manusia ini.

“Inilah persoalan yang seharusnya segera diselesaikan oleh pemerintah, bukan menonton persoalan dan menjadikan persoalan menjadi bagian yang tidak terlalu penting,” ujarnya.

Chris yang juga seorang jurnalis online ini menyadari bahwa pemahaman masyarakat masih kurang terkait aturan atau prosedur perekrutan sampai keberangkatan.

Permasalahan ini sering sekali menjadi masalah utama dalam kasus Human Trafficking, tanggung jawab yang besar untuk menopang hidup keluarga, namun membayar semua pengeluaran dan pendidikan anak, saudara, dan lainnya sering menjadi pemicu mencari pekerjaan diluar negeri yang tidak jelas kepastian pekerjaannya. Keinginan untuk menjadi kaya dalam waktu yang singkat.

“Kami anak muda Amarasi ingin membuktikan kepada pemerintah daerah bahwa persatuan dan solidaritas serta rasa persaudaraan kami anak-anak Amarasi untuk memperjuangkan nasib sesama kami masih sangat tinggi. Kali ini mungkin saudari kami dari Amarasi yang mengalami nasib buruk, kita tidak tahu kedepannya siapa lagi jika pemerintah daerah tidak menyikapinya secara serius,” jelas Chris.

Menurutnya, almarhum Milka Boimau pun mempunyai hak yang sama untuk mendapat keadilan di negara ini. Pemerintah harus memberikan efek jera kepada pelaku perekrutan maupun perusahaan yang memberangkatkannya.

“Harapan saya kejadian ini menjadi pukulan keras bagi pemkab Kupang. Bertindak cepat untuk menuntaskan masalah kemanusiaan ini, jangan sampai kedepan kita terus menerima peti mati rakyat kita sendiri,” tegasnya.

Sedangkan kordinator aksi, Veki Tameon dalam orasinya mendesak agar Bupati Kupang segera menanggapi persoalan almarhum Milka Boimau secara serius. Human trafficking (perdagangan manusia) kejahatan kejahatan luar biasa yang dilakukan oleh oknum-oknum yang mati rasa terhadap sesamanya sendiri.

Veki juga mengatakan, aksi damai tersebut juga hendak meminta agar Bupati Kupang segera bertindak untuk melindungi rakyatnya yang saat ini berada diluar negeri, dan menindaklanjutinya sampai dengan perbaikan regulasi yang lebih memadai.

“Menjual serta memperbudak sesamanya sendiri adalah suatu hal yang sangat fatal dan sungguh tak berprikemanusiaan. Kami meminta Bupati Kupang untuk segera menyelesaikan masalah ini sebelum masa periodenya selesai, karena ini adalah kejahatan luar biasa,” katanya.

Selain itu, Veki mengatakan, pihaknya akan melakukan aksi yang lebih besar jika masalah ini tidak mau ditanggapi oleh pemerintah daerah. Aksi 1000 lilin yang dilakukan oleh KPPA dan Permasku hari ini sebagai warning kepada pemerintah.

“Daerah ini mengalami kemunduran demokrasi dengan cara-cara yang tidak manuisawi. Padahal kita lagi perjuangkan tentang kemanusiaan, bagaimana mungkin saudara kita diperlakukan secara tidak manusiawi lalu kita diam dan hanya menonton saja,” pungkas Veki.(Yustaf Siki /Team)

Bagikan

Rekomendasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button