Deklarasi Anti-Premanisme, Komitmen Bersama Wujudkan Kota Malang yang Aman dan Nyaman

Malang, mitratoday.com– Pagi yang cerah di Balai Kota Malang mendadak menjadi saksi sejarah baru. Ratusan tokoh penting dari Forkopimda, aparat keamanan, hingga perwakilan berbagai organisasi kemasyarakatan (ormas) memadati halaman Balai Kota dengan satu tujuan: mendeklarasikan perang terhadap premanisme.
Suasana penuh semangat dan solidaritas ini bukan sekadar seremoni rutin. Deklarasi Anti-Premanisme yang digelar hari ini, Jumat (23/5), menjadi titik awal komitmen bersama untuk mewujudkan Kota Malang sebagai kota yang bebas dari ancaman kekerasan jalanan, intimidasi, dan gangguan ketertiban masyarakat.
“Ini bukan hanya formalitas di atas kertas. Ini adalah panggilan moral bagi kita semua untuk menjaga rumah besar bernama Malang,” tegas Penjabat Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, dalam pidatonya yang membakar semangat hadirin.
Deklarasi ini merupakan respons serius atas instruksi Kementerian Dalam Negeri yang mendorong pembentukan Satgas Penanganan Premanisme dan Ormas Bermasalah di seluruh daerah. Tak hanya sebagai bentuk kepatuhan, langkah ini diambil demi menciptakan iklim investasi yang sehat dan rasa aman bagi seluruh warga.
Wahyu pun mengapresiasi langkah konkret Polresta Malang Kota yang dalam dua pekan terakhir berhasil mengungkap 24 kasus premanisme dan menangkap 35 tersangka melalui operasi khusus sejak 1 hingga 14 Mei 2025.
“Ini bukti bahwa aparat kita tidak tinggal diam. Tapi pekerjaan belum selesai. Premanisme tak akan hilang hanya dengan operasi sesaat. Kita perlu kerja sama semua pihak,” ujarnya.
Lebih dari itu, Wahyu menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam menjaga ketertiban. Pemerintah akan meningkatkan patroli di titik rawan, menggandeng tokoh masyarakat dalam edukasi hukum, serta memperkuat pembinaan terhadap ormas agar tetap berada di jalur yang benar.
“Ormas harus menjadi pilar kekuatan sosial, bukan sumber konflik,” tegasnya.
Tak kalah penting, warga juga diajak untuk tidak takut melapor jika menemukan tindakan premanisme atau aksi yang meresahkan.
“Kita ingin Malang menjadi rumah yang nyaman, inklusif, dan toleran. Tidak boleh ada ruang untuk premanisme ataupun tindakan intoleran,” tandas Wahyu.
Deklarasi ini bukan akhir, melainkan langkah awal dari perjuangan panjang menuju Malang yang benar-benar aman dan damai. Dengan semangat kolaborasi dan tekad yang kuat, Kota Malang menegaskan diri sebagai kota yang tak hanya indah secara fisik, tetapi juga kuat secara sosial.
(Tri W)