
Bengkulu,mitratoday.com – Peristiwa gempa bumi yang mengguncang wilayah Bengkulu beberapa waktu lalu, kini menyisakan duka yang lebih dalam bagi para penghuni Perumahan Betungan Raflesia Asri.
Bukan hanya karena trauma akibat bencana, namun juga karena mencuatnya dugaan kongkalikong antara pihak pengembang dan institusi keuangan pemberi kredit—dalam hal ini Bank Tabungan Negara (BTN)—yang diduga telah mengelabui para nasabah.
Puluhan unit rumah di kompleks tersebut runtuh, seolah tak punya daya tahan sedikit pun terhadap guncangan yang terjadi. Padahal, di lokasi lain yang jaraknya tidak berjauhan, perumahan lain berdiri kokoh, hanya mengalami keretakan minor, atau bahkan tak terdampak sama sekali.
Kondisi ini kemudian memicu pertanyaan besar dari masyarakat. Ada apa dengan bangunan-bangunan di Perumahan Raflesia Asri? Mengapa kerusakan hanya parah terjadi di satu titik? Apakah kualitas konstruksi diabaikan demi keuntungan semata?
Hal itu disampaikan langsung oleh Darul, anggota Tim Investigasi dari Ormas Serikat Rakyat Bengkulu, yang selama beberapa pekan terakhir menelusuri lebih dalam permasalahan tersebut.
“Kami mendesak aparat penegak hukum (APH) untuk turun tangan. Terlalu banyak kejanggalan di lapangan. Tidak logis jika hanya di satu lokasi perumahan yang hancur lebur sementara lainnya masih berdiri,” ujar Darul kepada Mitratoday.
Lebih lanjut, Darul mengungkapkan dugaan keterlibatan pihak Bank BTN sebagai pemberi pembiayaan dengan pihak developer dalam praktik manipulatif terhadap para nasabah.
Dugaan ini mencuat setelah ditemukan fakta bahwa material bangunan tidak sesuai dengan spesifikasi teknis bangunan tahan gempa sebagaimana mestinya.
“Ini bukan semata kelalaian, tapi bisa jadi bentuk kebohongan sistematis. Pihak BTN semestinya memiliki kewajiban melakukan verifikasi tekhnis atas kualitas bangunan sebelum menyetujui pembiayaan. Tapi yang terjadi seolah-olah ada pembiaran, bahkan indikasi kerja sama yang merugikan nasabah,” beber Darul dengan nada tegas.
Berdasarkan hasil investigasi di lapangan, Darul dan timnya menemukan bahwa sebagian besar rumah di perumahan tersebut menggunakan material bangunan yang tidak layak. Mulai dari kualitas bata, pengecoran, hingga pondasi yang diduga tidak sesuai standar konstruksi perumahan modern.
“Kita dokumentasikan semuanya. Mulai dari sisa reruntuhan, bekas beton yang mudah hancur saat ditekan tangan, hingga kerangka bangunan yang tampaknya dibuat asal-asalan,” ujarnya.
Maka itu, pihak Bank BTN harus pertanggungjawaban atas kerusakan fatal yang dialami para nasabah. Masyarakat hanya disuguhi kebisuan dan saling lempar tanggung jawab.
Fakta Lapangan:
- Rumah yang hancur kebanyakan berada di satu kompleks yang sama: Betungan Raflesia Asri.
- Perumahan lain di sekitar lokasi hanya mengalami kerusakan ringan.
- Material bangunan diduga di bawah standar.
- Disuga Tidak ada pengawasan tekhnis ketat dari pihak pembiayaan.
Dugaan:
- Developer dan Bank BTN melakukan kolusi demi meloloskan pembiayaan proyek tanpa mempertimbangkan aspek tekhnis dan keselamatan.
- Nasabah dibohongi dengan brosur manis, tapi bangunan tidak layak huni sejak awal.
- Kejadian ini bisa menjadi skandal besar jika benar ada keterlibatan dua pihak yang seharusnya bertanggung jawab.
Desakan Publik:
Ormas Serikat Rakyat Bengkulu meminta APH untuk membuka tabir persoalan ini secara tuntas. Sebab, jika dibiarkan, bukan hanya kepercayaan publik yang rusak, tapi juga ada risiko korban jiwa di kemudian hari.
“Jangan sampai rakyat kecil jadi korban berkali-kali. Sudah dicicil puluhan tahun, eh rumahnya malah hancur duluan. Ini bukan sekadar kesalahan teknis—ini dugaan kejahatan sistemik,” pungkas Darul.(A01).