Kemenag Jateng Tingkatkan Kapasitas Kader Falakiyah Lewat Bimtek Hisab Rukyat

Semarang,mitratoday.com – Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Provinsi Jawa Tengah, melalui Bidang Urusan Agama Islam, mengadakan Bimbingan Teknis (Bimtek) Hisab Rukyat pada Selasa, 29 Juli 2025.
Kegiatan ini dilaksanakan di Hotel Grasia, Gajahmungkur, Kota Semarang, dan bertujuan untuk memperkuat kemampuan teknis kader-kader hisab rukyat se-Jawa Tengah.
Sebanyak 40 peserta turut serta dalam kegiatan tersebut. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, termasuk perwakilan Kemenag tingkat kabupaten/kota, akademisi dari perguruan tinggi, serta praktisi falakiyah dari organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, hingga lembaga hisab rukyat independen lainnya.
Salah satu sesi penting dalam acara ini adalah pemaparan materi oleh Dr. Arsyad Hidayat, Lc., M.A., selaku Direktur Urusan Agama Islam di lingkungan Kemenag Jawa Tengah.
Dalam penyampaiannya, ia membahas hasil musyawarah falakiyah negara-negara anggota MABIMS (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).
Dr. Arsyad menegaskan bahwa standar visibilitas hilal (imkanur rukyat) yang digunakan bersama dalam lingkup MABIMS masih merujuk pada kriteria tinggi minimal hilal 3 derajat dan sudut elongasi 6,4 derajat.
Ia juga menyebut bahwa penggunaan perangkat teknologi seperti kamera digital dan pemrosesan citra (image processing) telah disepakati sebagai alat bantu observasi yang sah.
Bimtek ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni KH Slamet Hambali dan Gus Syaiful Mujab, yang memfasilitasi diskusi dan pembelajaran teknis.
Salah satu poin penting yang disepakati forum adalah pentingnya penggunaan data geografis lokal—termasuk elevasi tempat—dalam penyusunan jadwal imsakiyah agar lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
M. Nur Iskandar Fajri, salah satu peserta yang juga pengurus Kawakib Institute Semarang, menyampaikan apresiasinya terhadap penyelenggaraan kegiatan tersebut.
Ia menilai, pertemuan ini sangat strategis dalam menyamakan pandangan antarlembaga falakiyah dan pemerintah.
“Dengan kegiatan seperti ini, perbedaan penentuan awal bulan atau waktu salat bisa diminimalkan. Ini penting untuk menciptakan keseragaman di tengah masyarakat,” ujarnya.
Iskandar juga menyarankan agar kegiatan serupa tidak hanya digelar secara periodik, tetapi dapat ditingkatkan frekuensinya.
“Akan lebih baik jika pelatihan semacam ini diadakan tiga kali dalam setahun agar kader falakiyah semakin siap dan mumpuni dalam menjalankan tugasnya,” pungkasnya.
(Mualim)