ArtikelKesenian

Lepaskan Penat Melalui Mural

Oleh Nita Febriana Mahasiswi Ilkom Sore USM

Peluh keringat tampak mengalir dari dahi seorang perempuan bertubuh mungil yang tengah asik menggoreskan kuas berwarna merah jambu di tembok pinggir jalan. 

Tembok setinggi hampir 3 meter yang seolah mati tanpa ada coretan kata dan berwarna gelap, kini perlahan disulap oleh Widea Hening. Ia merupakan salah satu pemural perempuan asal Kota Atlas.

Hampir setengah hari Widea menghabiskan waktu untuk mencurahkan Imajinasinya di tembok pinggir jalan (Sebut in nama Jalannya) dengan munculnya gambar seekor kucing berwarna oranye yang ditunggangi anak perempuan berambut pendek.

“Saya punya rasa senang bisa menampilkan karya visual saya di publik sehingga orang lain bisa merasakan apa yang saya rasakan. Kebetulan karya saya lebih mengarah ke gaya dekoratif yang fun, konyol, dan menyenangkan” ucap Widea ketika ditemui, Minggu (12/12/2021).

Widea menceritakan bagaimana proses mural yang kerap ia lakukan bersama dengan pemural lainnya.

Sebelum memutuskan untuk melukis mural Widea harus mencari dahulu tembok yang sesuai untuk menuangkan imajinasinya.

Jika sudah menemukan tembok yang dirasa tepat esoknya, dia akan membawa botol – botol kecil yang berisikan cat warna warni, kuas, serta tangga.

“Aku gambar tidak asal gambar aja di tembok jalanan, tapi harus cari tempat yang pas dulu,” jelasnya.

Biasanya waktu yang dibutuhkan Widea untuk melukis mural di tembok ukuran 3×3 meter adalah 12 jam, dimulai dari jam 6 pagi hingga jam 6 sore.

Karakter yang sering digambar oleh Widea adalah sosok perempuan dan kucing, dengan warna – warna cerah pada gambarnya yang bergaya pop art seolah – olah gambar tersebut adalah dirinya.

“Ada ciri khas dari mural yang aku gambar seperti kucing dan anak perempuan,” katanya.

Widea menilai, mural menjadikan kesempatannya untuk terus berkarya karena tidak banyak perempuan yang terjun di bidang ini.

Berawal dari acara Ladies On Wall pada 2017 lalu, dengan teman – teman perempuan lainnya yang menggeluti bidang lukis mural dan graffiti. Ia mulai mencintai kesenian jalanan tersebut.

“2017 aku sempat ikut acara mural bareng teman-teman pemural dan itu perempuan Semua dari situ aku semakin mendalami,” katanya.

Ia mengungkapkan tak semua gambar yang di temui di jalan-jalan merupakan mural, ada pula karya grafiti dan vandal. Meski sama-sama berada di media publik seperti tembok, pagar, atau bahkan tiang jalan, karya seni mural cenderung memiliki karakter yang estetik dan pesan di dalamnya. Berbeda dengan vandalisme yang hanya corat-coret semata.

“Mural sendiri merupakan wadah ekspresi yang bisa dipertanggung jawabkan oleh seniman jalanan,” tegasnya.

Bagikan

Rekomendasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button