Asahan,mitratoday.com – Cerita pilu dan rasa duka yang mendalam dirasakan Nurhasani dan Saiful Bahri Tambunan pasangan suami istri, wajah dan matanya merah menahan sakitnya kehilangan anak semata wayang “RS” (6 thn).
Suara ibu dari anak ini tercekat saat mengingat bagaimana komunikasi terakhir bersama putranya. Kalimatnya terhenti menahan kesedihan.
“Anak saya orang periang dan merupakan anak semata wayang, saya tidak menyangka pagi itu terakhir saya bersenda gurau sebelum berangkat sekolah, terus siang saya dikabari dari pihak sekolah anak saya meninggal dunia karena tersentrum aliran listrik di sekolahnya,” Kata Nurhasani saat ditemui awak media di kediamanya di Desa Rahuning Kecamatan Rahuning kabupaten Asahan Sumatra Utara.
Nurhasani merasa kaget sekaligus terpukul setelah mengetahui bahwa anaknya sudah meninggal dunia di Puskesmas Pulau Rakyat. Padahal, kabar yang diterima, Rayyan hanya pingsan dan dilarikan ke Puskesmas.
“Saya terima kabar anak saya masuk Puskesmas pulau rakyat. Dia pingsan makanya disuruh ke Puskesmas. Saya bersama suami saya ndak nyangka ternyata sudah ndak ada. Saya pikir cuma pingsan biasa,” ujar Nurhasani.
Diketahui korban RS merupakan siswa sekolah kelas I SD Islam Terpadu (IT) AR RAHMAH Rahuning yang tewas tersengat listrik di sekolahnya di Dusun II, Desa Rahuning, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Sumatra Utara pada Rabu (7/8/2024) sekitar jam 11.30 WIB.
Dari keterangan kepala sekolah tempat korban sekolah Hatta, ketika itu korban Ray bersama teman-temannya memanfaatkan jam istirahat bermain di bawah tower tangki milik sekolah.
Korban Rayyan duduk-duduk di atas plat besi penutup mesin pompa air yang berada di bawah tower, sedangkan teman-temannya ada yang bergatungan di tiang tower itu.
Namun tiba-tiba korban Ray kejang-kejang. Awalnya temannya mengira Ray pura-pura kesurupan kuda kepang karena mereka sering melakukannya di saat keluar main sekolah.
Ternyata korban Rayyan tersengat listrik yang diduga berasal dari sebuah wayar mesin pompa air yang terkupas.
“Teman-teman korban memberitahukan ke umi dan buya (guru) di sekolah, namun ketika dilihat korban sudah terkulai lemas. Lalu segera dilarikan ke Puskesmas Pulau Rakyat, tapi nyawanya tidak dapat diselamatkan,” terang Hatta saat di konfirmasi di SD IT, Kamis (8/8/2024).
Sementara itu Syaiful Bahri Tambunan ayah dari korban berharap juga kepada Polres Asahan mempercepat dan segera mengusut tuntas kasus ini.
“Kami memohon kepada Polres Asahan untuk segera menyelidiki kasus ini dan memberikan hukuman yang berat kepada yang bertanggung jawab atas meninggalnya anak kami,” tutur ayah korban.
Ditempat yang sama Kuasa hukum keluarga korban yang saat itu ada di rumah kediaman mendampingi keluarga korban, Dr.c.syahputra SH,MH,CTA,CITA,CPM meminta pihak polisi dalam hal ini polres Asahan untuk mengusut tuntas kejadian ini sehingga menyebabkan terjadinya kehilangan nyawa anak klien kami.
“Diduga pihak sekolah lalai dalam pengawasan sehingga meyebabkan korban RS meninggal dunia, dan kalau memang ada unsur kesengajan kami minta pihak yang bersangkutan untuk di hukum sesuai UU yang berlaku dan ada sanksi hukumnya,” pungkas kuasa hukum Dr.Syahputra,S.H.,M.H,CTA ,CPM, CITA, Selasa (13/8/2024).
Pewarta : MS / team