DaerahEkonomi BisnisHeadlineMalang

Populasi Sapi Perah Meningkat, Lahan Pakan Masih Terbatas, Didik : Ini Problem Tersendiri

Malang,mitratoday.com – Populasi sapi perah di Kabupaten Malang terus mengalami peningkatan, namun di satu sisi lahan pakan yang tersedia masih tetap terbatas.

Wakil Bupati Malang, Drs H Didik Gatot Subroto SH.MH berpendapat bahwa kondisi seperti ini menjadi problem tersendiri bagi para peternak sapi perah di Kabupaten Malang untuk segera dicarikan solusinya.

Salah satunya adalah dengan membangun kerja sama baru dengan pihak perhutani untuk memperluas lahan pakan hijau . Perhutani sendiri kata Didik saat ini telah menyediakan Perjanjian Kerja sama dengan berbagai pihak.

“Tidak hanya lahan pakan hijau saja , tapi perlu adanya inovasi dan terobosan teknologi baru untuk meningkatkan kapasitas produksi susu sapi perah yang ada di Kabupaten Malang, khususnya pakan konsentrat,” kata Didik Gatot Subroto usai membuka Rapat Anggota Tahunan Koperasi SAE Pujon, kamis (10/3/2022).

Agar produksi susu sapi menjadi bagus, ujar Didik pemberian pakan yang bagus menjadi salah satu solusi utama. “Makanya Pemkab Malang menyanggupi bakal memfasilitasi kerja sama dengan pihak perhutani terkait perluasan lahan pakan hijauan tersebut.” Tandasnya.

Soal teknologi pakan bagus bagi ternak sapi perah di Kabupaten Malang lanjut Didik menjadi kewajiban pemerintah untuk berkomunikasi, tidak hanya dengan Pemprov Jatim, tapi juga ke Pemerintah Pusat.

“Tujuannya agar teknologi-teknologi yang dikembangkan oleh Pemerintah pusat dan Provinsi bisa dibawa ke Kabupaten Malang sebagai salah satu daerah penopang susu sapi di Indonesia untuk menambah kapasitas produksi susu sapi perah.” Pungkasnya.

Menurutnya upaya tersebut merupakan sebuah metodologi yang tepat untuk meningkatkan kapasitas produksi susu sapi di Kabupaten Malang. Tercatat rata-rata satu ekor sapi perah di Kabupaten Malang hanya mampu menghasilkan 10 hingga 15 liter susu.

“Dengan metodologi yang nantinya dikembangkan, saya berharap agar kapasitas produksi susu sapi tersebut bisa meningkat hingga 25 liter per hari.” Harapnya.

Terpisah, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang Nurcahyo menjelaskan, pihaknya membuka pintu lebar untuk melakukan transfer teknologi berupa pembinaan kepada peternak sapi perah.

Transfer teknologi tersebut kata Nurcahyo bisa dilakukan melalui berbagai pembinaan secara langsung kepada para peternak.

“Ya kita bina seperti mencari bibit sapi perah yang bagus, membuat pakan hijauan yang bagus, pembuatan konsentrat yang bagus dan paling penting adalah kemampuan SDM peternak,” jelas Nurcahyo disela-sela mendampingi Wakil Bupati Malang.

Bahkan terbaru, pihaknya telah mendorong para peternak sapi perah untuk membuat silase yang berasal dari pakan rumput yang dicacah lantas disimpan.

“Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi musim kemarau tiba, sehingga meski musim kemarau stok pakan sapi tersebut tidak akan habis dan tetap tersedia. Inovasi mulai pembinaan secara langsung hingga terobosan teknologi baru lainnya tersebut dilakukan untuk meningkatkan kapasitas produksi susu sapi di Kabupaten Malang.” Terangnya.

Di Kabupaten Malang sendiri, kata Nurcahyo dikenal menjadi salah satu sentra produksi susu sapi. Setiap harinya kapasitas produksi susu bisa mencapai 440 ton.

“Ada sekitar 4 wilayah yang dikenal sebagai sentra susu sapi perah. Yakni Kecamatan Pujon yang berhasil memproduksi susu sapi hingga 121 ton per hari, disusul Kecamatan Nagtang dengan 105 ton susu, Kasembon 15 ton dan Jabung sekitar 58 ton susu setiap hari.” Paparnya.

Kendati demikian lanjut Nurcahyo, Pemerintah terus berusaha menggenjot kapasitas produksi susu sapi perah di Kabupaten Malang. Bahkan melalui teknologi tersebut ditargetkan kapasitas produksi susu sapi di Kabupaten Malang semakin bertambah, sehingga dapat mengangkat perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

“Ini sangat penting sekali, dan perlu digaris bawahi bahwa sektor susu sapi perah adalah satu-satunya yang tidak mengalami dampak akibat pandemi Covid. Beda dengan sektor ternak unggas, seperti ayam yang mengalami fluktuasi akibat pandemi Covid,” tutup Nurcahyo.

Pewarta : Sigit

Bagikan

Rekomendasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button