DaerahNTT

Seribu Rupiah Dari Masyarakat Adalah Bentuk Mengusir Kolonial Moderen Di SBB

Pewarta: Ekdar Tella

Maluku,Mitratoday.comAlam hutan merupakan jati diri, alam juga merupakan jantung dan aset terakhirnya masyarakat adat di belahan nusantara timur indonesia.

Maluku, Pulau Seram Nusa Ina atau biasa di sapa Pulau Ibu ini kembali ingin di garap oleh perusahan. Meski pada realitas masyarakat pemerhati lingkungan, Aktivis mahasiswa dan juga Masyarakat adat melilit kain merah Berang di kepala sebagai bentuk penolakan adanya infestasi yang merusak ruang hidup dan merugikan.

Masalah dugaan akan adanya perampasan ruang hidup Masyarakat Adat, terus-menerus terjadi, dan saat ini di rasakan oleh Masyarakat Adat Kabupaten Seram Bagian Barat, Kecamatan Taniwel, “Negeri Taniwel, Kasie dan Nukuhai” (Sapalewa Batai).

Gelombang penolakan silih berganti merentet bagaikan mercum dan didengar langsung oleh petinggi petinggi birokrasi maupun pemerintah, namun apa hendak di kata, petinggi-petinggi seakan-akan kehilangan rasa simpati terhadap suara rakyatnya sendiri.

Aksi protes dilakukan oleh berbagai pihak yang melibatkan elemen Masyarakat Adat, diantaranya Tala Etti dan Sapalewa atau orang Alifuru menyebutnya “Tala Batai, Eti Batai & Sapalewa Batai” Dalam upaya penolakan Eksplorasi Pertambangan Mineral Bukan Logam Batuan Marmer di Kecamatan Taniwel, oleh PT. Gunung Makmur Indah.

“Aliansi Taniwel Raya” yang di singkat menjadi (ANTARA) adalah salah satu wadah pergerakan dengan tujuan murni sebagaimana untuk menyelamatkan warisan Luhur yang merupakan aset regenerasi di masa akan datang sementara dalam ancaman.”

Rentetan gelombang aksi,protes dan tolak dari (ANTARA) masih memiliki kendala, karena Pemerintah Kabupaten dan Provinsi diduga sama sekali tidak merespon apa yang menjadi tuntutan mereka.

Sementara soal dampak positif dan negatif yang mereka tawarkan ketika proses Eksploitasi Tambang tersebut di lakukan.

Demi mempertahankan idealisme serta menolak di tunggangi, Aliansi Taniwel Raya, kembali turun ke jalan memita bantuan ke sesama akar rumput melakukan penggalangan dana berupa donasi sukarela dalam bentuk flyer dan aksi orasi di jalanan, lampu merah, ruko-ruko, dan pasar mardika kota Ambon, Senin (09/11/2020).

Koordinator Aksi III Jems P Kotta, saat di mintai keterangan oleh media ini menjelaskan bahwa,”Aksi penggalangan dana yang kami lakukan, untuk membantu mengurangi biaya akomodasi dalam melakukan upaya-upaya penolakan Tambang Marmer yang terjadi di wilayah kami, bukan saja hari ini, besok dan seterusnya juga akan kami lakukan.”Ungkapan Kotta.

Ucapan terimakasih kepada masyarakat tak terhingga yang telah membantu mereka secara moril maupun materil dalam upaya penolakan terhadap kehadiran Tambang di wilayah mereka.

“Terimakasih yang amat dalam kepada masyarakat kota ambon.”Sembari Jems Kotta bertutur.

Kota juga berharap Semoga dari aktivitas ini, ada keberpihakan pemerintah Kabupaten SBB dan Provinsi Maluku,”Untuk melihat persoalan yang di rasakan oleh kami selaku Masyarakat Adat Sapalewa Batai di Kecamatan Taniwel.” Tutup Lelaki yang sontak mengikat kain merah di kepalanya itu.

Bagikan

Rekomendasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button