
Blitar,mitratoday .com – Seorang siswa SMPN di Kabupaten Blitar yang berinisial A diduga menjadi korban bullying oleh gurunya sendiri. Siswa SMP Negeri tersebut dibully usai dirinya tidak mampu untuk membeli buku Lembar Kerja Siswa (LKS) sebesar Rp. 250 ribu rupiah.
A mengaku selalu diejek oleh sang guru di saat jam pelajaran. Ia yang merasa malu karena tidak mampu membeli buku LKS pun akhirnya tidak berani bersekolah sejak 10 hari lalu.
“Wayahe tuku LKS, yo ndang tuku LKS (waktunya beli LKS ya cepat beli LKS,” ungkap A menirukan oknum gurunya.
Kondisi keluarga A sendiri memang tergolong tidak mampu. Selama ini sang ayah memang bekerja sebagai buruh lepas sehingga penghasilannya tidak menentu.
Kondisi itu pun, membuat A kesulitan untuk membeli buku LKS. Selama ini ketika pelajaran berlangsung, A memang selalu meminjam buku LKS temannya.
Rasa malu sebetulnya sudah dipendam A, namun perasaan itu semakin dalam dengan ucapan sang guru yang seolah-olah mengejek dirinya. Yang lebih parah, para murid lain jadi enggan untuk meminjami buku LKS kepada A.
“Teman-teman ditutup bukunya pas saya mau melihat buku LKS saat pelajaran,” ujarnya.
A pun mengakui selama ini pihak sekolah tidak mewajibkan untuk membeli buku LKS. Namun jika ada yang tidak membeli LKS para guru selalu mengingatkan siswa tersebut untuk membeli buku LKS.
Kondisi itu pun, tentu bagi sebagian anak yang kurang mampu menjadi tekanan psikis seperti yang dirasakan oleh A. Siswa SMPN tersebut kini merasa malu untuk pergi ke sekolah karena tidak mampu membeli buku LKS sama seperti siswa lainnya.
Sementara itu, YE Wakil Kepala Sekolah SMPN tempat A belajar menampik semua hal tersebut. Menurutnya A memang sudah sering bolos sejak awal masuk sekolah.
Bahkan Wakil Kepala Sekolah tersebut menilai A sebagai siswa yang nakal. A dinilai tidak mau belajar ke sekolah akibat kenakalan anak zaman sekarang.
“Terkadang anak tidak mau sekolah karena kenakalannya. Orang tua harus mengajarkan norma pada anaknya,” ungkap YE.
Pihak sekolah pun akan melakukan pemeriksaan terhadap siswa dan guru diduga melakukan perundungan. “Biasanya akan diselesaikan guru kelas dan guru BP,” ujarnya.
YE membantah, bahwa buku LKS ini wajib untuk para murid. Pihak sekolah juga tidak memfasilitasi penjual buku di sekolahnya. Apalagi sudah ada buku paket yang dipinjamkan ke para murid.
“Mereka (penjual buku) datang sendiri dan mengambil meja kursi untuk menata lapak buku LKS di sini,” ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar Adi Andaka ketika di wawancara pada saat acara Penguatan Pendidikan Karakter ( Anti Korupsi ) jenjang Sekolah Dasar ( SD) yang di di gelar Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar mengatakan, “Saya belum cek lapangan terkait hal tersebut , kita sudah minta pengawas nya untuk cek lapangan, kadang-kadang kami juga sudah melakukan pengawasan,kemaren saya dari malang dan saya juga sudah sering bilang,” Tolong kalau gak mampu di tolong,di bantu itukan gak wajibkan, foto kopi sendiri juga bisa kan.
” Itu kan bisa di hitung, untung mana foto kopi dan beli sendiri, harapan saya kalau benar ini terjadi, yang terakhir kali kejadian seperti ini,saat ini kan kita sudah kurikulum merdeka,” pungkas Adi Andaka Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar.
Sementara itu, Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar, Mariadi ketika di hubungi lewat pesan WhatsApp menjelaskan ,” Kita sudah ada laporan tetapi perlu kami klarifikasi ke lembaga, kejadian sebenarnya gimana,seperti apa.
” Dan jika seandainya benar kejadian seperti ini,ya kita bina dulu, kita panggil dulu dan kita kan belum tahu yang sebenar seperti apa gitu,” ucap Mariadi.
” Terkait LKS apa di wajibkan siswa untuk membeli, Mariadi mengatakan, tidak ada yang mewajibkan LKS di sekolah, kalau penting ya penting LKS itu namun yang mewajibkan tidak ada,sesuai kemampuan siswa nya, di Sekolah pun tidak ada yang menjual LKS, mungkin beli nya dimana,di luar atau dimana kalau di sekolah gak ada yang menjual LKS.
” Dan kemaren itu kan informasinya di SMP Selorejo 2 Dan di SMP Selorejo 2 itu sebenarnya anak-anak yang tidak mampu di bantu, bahkan guru-guru itu setiap bulan itu,rutin mengadakan iuran sukarela untuk membantu anak-anak yang tidak mampu sebenarnya, maka kalau ada kejadian seperti ini kami perlu klarifikasi ke lapangan,apa benar anak- anak itu di bully dan di wajibkan beli LKS , kita belum tahu persis nya seperti apa,” pungkas Mariadi Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar.( Novi )