Universitas Jember Susun Rencana Induk Kawasan Pertanian Jawa Timur
Jember, mitratoday.com – Universitas Jember melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) telah menyusun rencana induk (masterplan) kawasan pertanian di Jawa Timur. Dalam rencana induk ini, nantinya Jawa Timur bakal dibagi menjadi tujuh kawasan pertanian, yakni Agropolitan Madura, Agropolitan Ijen, Agropolitan Bromo Tengger Semeru, Agropolitan Wilis, Agropolitan Metropolitan, Agropolitan Segitiga Emas, dan Agropolitan Kelud.
Rencana Induk kawasan pertanian ini disosialisasikan kepada seluruh stake holder pertanian dan peternakan Jawa Timur, diantaranya Bappeda Provinsi Jawa Timur, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan serta perwakilan dari dinas terkait dari seluruh kabupaten dan kota di Jawa Timur (29/11)kemarin.
Menurut Prof. Dr. Sutriono, ketua tim penyusunan rencana induk kawasan pertanian
Jawa Timur, pembagian tujuh kawasan pertanian ini mengacu kepada RPJPD Jawa Timur 2005-2025 yang sudah menetapkan target Jawa Timur sebagai pusat agrobisnis yang terkemuka, berdaya saing global dan berkelanjutan.
Penetapan kawasan pertanian juga diharapkan dapat mempertahankan predikat Jawa Timur sebagai lumbung pangan nasional. “Dalam menyusun rencana induk kawasan pertanian ini, kami telah melakukan kajian terhadap banyak aspek semisal kondisi luas lahan, produksi, permasalahan dan isu-isu strategis yang ada, sarana dan prasarana, sosial ekonomi budaya, kebijakan lokal serta mengacu kepada keunggulan tiap-tiap kawasan,” ujar Prof. Dr. Sutriono kepada segenap hadirin yang memenuhi aula Fakultas Kedokteran pagi itu.
Guru besar di bidang ekonomi pertanian ini lantas memaparkan setiap kawasan beserta
keunggulannya. Agropolitan Madura meliputi seluruh kabupaten di pulau Madura, dengan keunggulan tembakau, singkong, jagung, kedelai dan sapi potong. Agropolitan Ijen dengan kabupaten Jember, Bondowoso, Situbondo, dan Banyuwangi di dalamnya unggul dengan produksi padi, jagung, kopi, tembakau dan tebu. Sementara itu kota dan kabupaten Malang, Pasuruan, Probolinggo, dan Lumajang masuk dalam Agropolitan Bromo Tengger Semeru, yang menjadi sentra pengembangan padi, jagung, singkong, kopi, tebu, sapi potong dan sapi perah.
Dilanjutkan dengan Agropolitan Wilis yang beranggotakan Ngawi, Madiun Magetan,
Ponorogo, dan Pacitan, bakal mengembangkan produk unggulan berupa kedelai, padi,
singkong, tebu dan sapi potong. Agropolitan Metropolitan meliputi Surabaya, Sidoarjo dan Mojokerto dan Batu, terkenal dengan komoditas cabai, padi dan sapi perah. Agropolitan Segi Tiga Emas dengan kabupaten Tuban, Bojonegoro dan Lamongan dengan keunggulan padi, jagung, kedelai, cabai, dan sapi potong. “Untuk Agropolitan Kelud yang terdiri dari Nganjuk, Jombang, Kediri, Tulungagung, Trenggalek dan Blitar menjadi sentra padi, jagung, kedelai, kakao, tebu, serta sapi potong dan perah,” lanjut Prof. Dr. Sutriono.
Sementara itu ditemui usai acara, Prof. Dr. Achmad Subagio, Ketua LP2M Universitas
Jember menjelaskan, penyusunan rencana induk kawasan pertanian Jawa Timur bekerjasama dengan Bappeda Provinsi Jawa Timur. Pasalnya dari rencana induk ini diharapkan lahir rencana aksi dan program yang tentunya memerlukan koordinasi antar kawasan dan antar pemerintah daerah.
“Peran serta pemerintah provinsi Jawa Timur mutlak diperlukan karena kerja sama yang bakal dijalankan bersifat lintas kabupaten dan kota. Salah satu contohnya untuk mengatasi problem sebuah kawasan yang menjadi penghasil satu komoditas, namun industri pengolahannya ada di kawasan lain. Tentu perlu campur tangan pemerintah provinsi untuk menyelesaikan hal ini, semisal dengan memperbaiki infrastruktur jalan agar transportasi berjalan lancar,” imbuhnya.
Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang dimoderatori oleh Andhika
Herlambang, Kepala Sub Bidang Pertanian, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan, Bappeda
Provinsi Jawa Timur. Diskusi melibatkan tim penyusun rencana induk kawasan pertanian Jawa Timur dari LP2M Universitas Jember, drh. Herwan Diana Devi,M.Kes, Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Dinas Peternakan Jawa Timur, serta Prasodjo, PhD, dari Dinas
Pertanian Jawa Timur.(iim/ich)