BlitarDaerahHeadlineHukumjawa Timurpendidikan

Video Siswa Dikeroyok Gegerkan Blitar, Diduga Terjadi di SMP N Doko : Tamparan Keras Dunia Pendidikan

Blitar,mitratoday.com – Sebuah video yang menampilkan aksi kekerasan terhadap siswa berseragam SMP mengguncang masyarakat Kabupaten Blitar. Dalam rekaman berdurasi hampir satu menit itu, seorang siswa tampak tak berdaya saat dikeroyok oleh sejumlah remaja seusianya, diduga terjadi di SMP Negeri yang berlokasi di Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar.

@mitratoday.com

Perundungan Siswa Sebuah video yang menampilkan aksi kekerasan terhadap siswa berseragam SMP mengguncang masyarakat Kabupaten Blitar. Dalam rekaman berdurasi hampir satu menit itu, seorang siswa tampak tak berdaya saat dikeroyok oleh sejumlah remaja seusianya, diduga terjadi di SMP Negeri yang berlokasi di Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar. Potongan video memperlihatkan korban ditendang, dipukul, dan dihina tanpa perlawanan. Yang lebih memilukan, kejadian itu disaksikan oleh belasan siswa lain yang hanya berdiri menonton—tanpa empati, tanpa upaya menghentikan, seolah kekerasan telah menjadi tontonan biasa di lingkungan pendidikan. Video tersebut awalnya beredar di grup WhatsApp warga Blitar sebelum akhirnya viral di media sosial. Netizen merespons keras, mengutuk kejadian itu dan mempertanyakan peran sekolah serta Dinas Pendidikan yang dinilai gagal menciptakan iklim belajar yang aman dan mendidik. KRISIS MORAL DI LINGKUNGAN SEKOLAH Aksi brutal yang terekam kamera ini memunculkan pertanyaan besar: di mana guru? Di mana pengawasan? Mengapa kekerasan bisa tumbuh subur di tempat yang seharusnya menjadi ruang tumbuh anak-anak bangsa? “Ini bukan sekadar perundungan, ini adalah cermin kebobrokan sistem pengawasan dan pembinaan di sekolah kita,” kata Yanto, warga Blitar yang menonton video tersebut dengan rasa marah dan kecewa. Baca selengkapnya di www.mitratoday.com Blitar blitar24jam Jawatimur viral fypシ゚ sorotan Hukum Pendidikan perundungan pembulian

♬ suara asli – Mtv – Mtv

Potongan video memperlihatkan korban ditendang, dipukul, dan dihina tanpa perlawanan. Yang lebih memilukan, kejadian itu disaksikan oleh belasan siswa lain yang hanya berdiri menonton—tanpa empati, tanpa upaya menghentikan, seolah kekerasan telah menjadi tontonan biasa di lingkungan pendidikan.

Video tersebut awalnya beredar di grup WhatsApp warga Blitar sebelum akhirnya viral di media sosial. Netizen merespons keras, mengutuk kejadian itu dan mempertanyakan peran sekolah serta Dinas Pendidikan yang dinilai gagal menciptakan iklim belajar yang aman dan mendidik.

KRISIS MORAL DI LINGKUNGAN SEKOLAH

Aksi brutal yang terekam kamera ini memunculkan pertanyaan besar: di mana guru? Di mana pengawasan? Mengapa kekerasan bisa tumbuh subur di tempat yang seharusnya menjadi ruang tumbuh anak-anak bangsa?

“Ini bukan sekadar perundungan, ini adalah cermin kebobrokan sistem pengawasan dan pembinaan di sekolah kita,” kata Yanto, warga Blitar yang menonton video tersebut dengan rasa marah dan kecewa.

Menurutnya, pihak sekolah tak bisa lagi berlindung di balik alasan “tidak tahu” atau “di luar kendali”. Ia menuntut agar para pelaku mendapatkan pembinaan ketat dan menyeluruh, bukan hanya sebatas sanksi ringan yang tak menyentuh akar persoalan.

“Kalau sekolah diam, ini akan jadi budaya. Anak-anak bisa tumbuh menjadi pelaku kekerasan karena merasa dilindungi sistem yang lemah,” ujarnya tajam.

KEHENINGAN YANG MEMEKAKKAN TELINGA

Hingga berita ini ditulis, belum ada satu pun pernyataan resmi dari pihak sekolah maupun Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar. Diamnya pihak-pihak yang seharusnya bertanggung jawab seolah menambah luka bagi korban dan masyarakat yang mendambakan keadilan serta perlindungan di dunia pendidikan.

Desakan masyarakat semakin keras. Mereka menuntut investigasi menyeluruh, hukuman yang mendidik bagi pelaku, serta reformasi sistem pengawasan sekolah.

TAMENG TERAKHIR ANAK BANGSA TELAH RETAK

Sekolah yang seharusnya menjadi benteng terakhir dalam membentuk karakter anak, kini dipertanyakan kredibilitasnya. Kekerasan fisik di dalam institusi pendidikan bukan hanya soal salah pergaulan, tapi juga cerminan bobroknya pengelolaan dan ketidakpedulian terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

Jika dunia pendidikan gagal melindungi muridnya dari kekerasan, lalu kepada siapa anak-anak harus bergantung?

Perundungan ini bukan hanya luka bagi korban, tetapi juga alarm keras bagi bangsa: Pendidikan kita sedang sakit parah. Dan luka ini tidak bisa disembuhkan dengan diam.

Pewarta : Novi

Bagikan

Rekomendasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Back to top button