DaerahHeadlineMuara EnimSumatera Selatan

Batu Bara Terus Dikeruk, K MAKI : Banjir Bandang, Apakah Ini Kutukan Alam

Palembang,mitratoday.com – Sudah hampir se abad PT Bukit Asam di duga mengeksploitasi batubara dari perut bumi Tanah Lematang, Ogan tengah dan sekarang di tambah tambang swasta di duga sebabkan kehancuran ekosistem Bukit Barisan.

Batubara merupakan bongkahan emas hitam yang sangat berharga, seharusnya dapat mensejahterakan masyarakat Muara Enim dan Lahat. Namun, hal ini terkesan malah sebaliknya menjadi musibah “kutukan sumber daya alam”.

“Lubang- lubang besar bertebaran di bukit -bukit yang gundul karena tanah humus berganti dengan tanah liat bekas galian batubara,” kata Bony Belitong, Koordinator K MAKI Sumbagsel, Jumat (10/03/2023).

Lanjutnya, Kaki bukit tunjuk yang dulunya salah satu tempat wisata dan kawasan kaki bukit barisan sudah mulai menjadi hamparan semak perdu menggantikan pohon-pohon besar yang menjadi penyanggah sumber air sungai Lematang, Enim dan Sungai Ogan.

 “Sudah lebih dari 5 (lima) milliar ton tanah di gali untuk mengambil batu bara yang tersembunyi di dalam perut bumi dan pernah kejadian tanah bergerak menggeser kota Muara Enim. Batubara yang menguntungkan segelintir manusia dan menopang energi listrik untuk kehidupan yang lebih baik, tapi tidak menjadikan masyarakat sejahtera,” ujarnya.

Batubara menjadi alat politik, batubara menjadi sumber kekayaan mantan – mantan pejabat. Sementara masyarakat Lematang dan Ogan tengah merasakan dampaknya dengan perubahan suhu yang berakibat hasil panen menjadi tidak stabil dan sumber daya air yang mulai tercema.

“PT Bukit Asam yang menjadi pionir tambang Batubara di Lahat dan Muara Enim seakan menjadi negara di dalam negara dengan segala pasilitas eksklusive yang ada di dalamnya, ibarat bumi dan langit dengan masyarakat di mulut tambang dan belum lagi tambang swasta yang menikmati fasilitas negara berupa jalan aspal dan hak wilayah tambang tak berbatas,” ungkapnya.

“Semua ini menjadikan masyarakat ulayat tamu di rumah sendiri atau ibarat tikus yang mati di lumbung padi dan nantinya anak cucu mereka akan merasakan dampak hancurnya ekosistem hutan tropis Bukit Barisan,” tambahnya.

Bukan hanya isapan jempol banjir bandang di kabupaten Lahat (9/3/2023) akibat ekosistem dan hutan yang hancur lebur oleh segelintir orang, sudah banyak rumah yang hancur dan terendam air serta memakan korban jiwa akibat banjir bandang di kabupaten Lahat.

”Apakah alam sudah bosan dengan tingkah mereka dan apakah ini kutukan dari alam,” ucap bony dengan rasah sedih.

“Saya tidak dapat membayangkan apa jadinya tanah lematang dan ogan tengah ini kelak setelah pasca tambang 10 atau 20 tahun mendatang,” cetus Bony.

Kemudian ia katakan, dalam hal ini harusnya Pemerintah Pusat, Kementerian Lingkungan Hidup (LHK) turun ke lapangan.

“Karena ekosistem hutan yang hancur hanya mementingkan segelintir orang, perusahaan tambang berakibat masyarakat yang menjadi korban,” tutup Bony .

Pewarta : N Siregar

Bagikan

Rekomendasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button