HeadlineJakartaKebudayaanKesenianNasional

Helateater 2023: Teater Objek Menampilkan Permainan Ritual, Gender, dan Pelestarian Lingkungan

Jakarta,mitratoday.com – Menjadi salah satu program unggulan di Komunitas Salihara, Helateater kembali menyapa para penikmat seni teater pada 18 Februari mendatang di Teater dan Galeri Salihara. Program ini merupakan acara dua tahunan yang berjalan beriringan dengan Helatari; yakni sebuah festival yang terfokus kepada seni tari yang berakar dari berbagai latar belakang baik kontemporer maupun tradisi. Tahun ini Helateater hadir dengan tema Teater Objek, sebuah gagasan yang mengedepankan pertunjukan dengan memanfaatkan objek–wayang, boneka, benda sehari-hari–sebagai jantung utamanya.

Tiga periode belakangan Helateater 2023 mengusung format “Undangan Terbuka” yang khusus ditujukan kepada para seniman muda untuk mengirimkan konsep dan gagasan yang matang baik dengan basis riset, tradisi, maupun eksplorasi. Kurator Teater Komunitas Salihara, Hendromasto Prasetyo beserta jajaran Dewan Juri (Iwan Effendi dan Zen Hae) mengatakan bahwa tahun ini Helateater memilih empat kelompok teater yang kuat secara cerita dan objek yang terukur.

“Merujuk pada tema Helateater 2023, kami memutuskan untuk memilih empat karya yang dinilai paling menjanjikan keberhasilan sebuah pentas teater berbasis objek seturut konsep karya masing-masing dalam Helateater 2023. Empat karya itu menawarkan pertunjukan yang kuat pada cerita dan berbeda satu sama lain. Juga, memiliki ansambel permainan objek yang rapi dan terukur.”

Keempat kelompok seniman tersebut akan meramaikan Teater dan Galeri Salihara mulai 18 Februari hingga 05 Maret 2023 dengan harga tiket Rp50.000 (pelajar) dan Rp75.000 (umum). Selain itu acara Helateater akan ditutup oleh penampilan spesial dari Papermoon Puppet Theatre asal Yogyakarta yang sudah melakukan banyak sekali pertunjukan di tingkat nasional maupun mancanegara. Berikut adalah sinopsis serta jadwal pertunjukan Helateater.

  1. Jalinan Kusam di Lemari Sosi

Penampil:  Flying Balloons Puppet (Yogyakarta).

Sabtu, 18 Februari 2023, 20:00 WIB – Minggu, 19 Februari 2023, 16:00 WIB

Pentas ini menyajikan permainan boneka di atas meja yang digabungkan dengan aktor dan manipulasi benda-benda keseharian. Hubungan aktor dengan objek dikembangkan ke dalam tiga kemungkinan: aktor sebagai dalang, aktor menggunakan objek sebagai properti pentas dan aktor adalah objek yang dimanipulasi oleh ruang dan aktor lainnya. Karya ini mengusung tema memori dan tantangan bagi perempuan terkait dunia domestik yang membesarkannya sekaligus kungkungan dunia sosial di sekitarnya.

  1. Identikit

Penampil: SEKAT Studio (Bekasi, Jawa Barat)

Sabtu, 25 Februari 2023, 20:00 WIB – Minggu, 26 Februari 2023, 16:00 WIB

Identikit bercerita tentang seorang seniman yang mencoba menembus kerinduan kepada kekasihnya melalui permainan jailangkung, yang pada beberapa tempat di Indonesia dipercaya sebagai ritus penghubung dunia manusia dengan dunia arwah. Di dalamnya pemanggung akan menghadirkan serangkaian objek, mulai dari topeng, boneka, aktor, bayangan hingga instrumen musik. Pada bentuknya yang paripurna, pentas ini akan menyuguhkan serangkaian permainan metafora terkait tubuh, pikiran dan jiwa manusia.

  1. Bandung Bondowoso 

Penampil: Wayang Suket Indonesia (Tuban, Jawa Timur)

Kamis, 02 Maret 2023, 20:00 WIB – Jumat, 03 Maret 2023, 20:00 WIB

Pentas ini memberi watak baru kepada Bandung Bondowoso sebagai lelaki baik dan bertanggung jawab terhadap pilihannya membangun seribu candi bagi Roro Jonggrang hanya dalam semalam. Penceritaan kembali legenda terkenal, tetapi dengan sudut pandang perwatakan yang berbeda, akan memberikan penonton kenikmatan tersendiri. Pementasan akan menampilkan wayang suket (wayang yang terbuat dari rumput) dengan teknik teatrikal dan permainan bayangan, serta imbuhan elemen tari, musik dan seni rupa. Kelompok ini punya perhitungan terperinci mengenai konsep pemanggungan dan eksekusinya di atas panggung.

  1. Himba 

Penampil: Institute Tingang Borneo Theater (Palangka Raya, Kalimantan Tengah)

Sabtu, 04 Maret 2023, 20:00 WIB – Minggu, 05 Maret 2023, 16:00 WIB

Himba akan dipentaskan menggunakan boneka yang dikolaborasikan dengan permainan bayangan, topeng khas suku Dayak dan pantomim. Dengan tema pelestarian hutan dan tegangan kepentingan antara adat dan industri perkebunan, antara kakek penjaga hutan keramat dan anak muda yang ambisius, kisah ini mengantarkan kita kepada permainan boneka yang kolaboratif; memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga kelestarian hutan, tanpa kehilangan permainan bentuk boneka dan anasir pentas lainnya yang tidak kalah menarik.

  1. A Bucket of Beetles

Penampil: Papermoon Puppet Theatre

Jumat, 10 Maret 2023, 20:00 WIB – Sabtu, 11 Maret 2023, 16:00 & 20:00 WIB

Minggu, 12 Maret 2023, 12:00 & 16:00 WIB

Pertunjukan ini menyajikan kisah tentang persahabatan antara Wehea dan seekor kumbang hutan. Tidak hanya kisah persahabatannya yang ditonjolkan, pertunjukan ini juga menyajikan hubungan antara manusia dan alam. Sebuah kisah yang membuat kita bertanya-tanya: apakah kita sudah cukup menjaga air, tanah, dan udara kita?

Pertunjukan ini terinspirasi dari kisah yang diceritakan oleh seorang anak laki-laki berusia 5 tahun. Semua desain boneka hewan dalam lakon diambil dari lukisannya. Produksi ini sebelumnya disajikan secara virtual dengan live streaming performance dari studio Papermoon Puppet di Yogyakarta 2020 lalu. Pada rangkaian Helateater kali ini, A Bucket of Beetles akan ditampilkan secara langsung di atas panggung Teater Salihara.

Tentang Penampil

Flying Balloons Puppet adalah grup teater yang berdiri pada Januari 2015 dan digawangi oleh Rangga Dwi Apriadinnur. Flying Balloons Puppet sudah menampilkan lebih dari 15 pementasan baik karya tunggal maupun kolaborasi dengan pelaku seni dan kelompok kesenian di Yogyakarta sejak 2015. Salah satu karya tunggalnya adalah Cerita Origami Merah Muda yang dipentaskan Agustus 2015 pada Festival Teater Remaja Nusantara di ISI Yogyakarta. Beberapa pentas kolaborasinya adalah The Bird bersama Les Rémouleurs (Prancis) dalam Printemps Francais (2016) dan Sori in the Land of Lembuna bersama Gwen Knoxx (Australia) dalam Pesta Boneka #6 (2018). Flying Balloons Puppet menjadi 10 Besar kelompok terpilih untuk Ruang Kreatif Seni Pertunjukan 2017, Galeri Indonesia Kaya dan kelompok terpilih untuk Parade Seni Pertunjukan Media Baru 2020 oleh Garin Workshop dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

SEKAT Studio muncul sebagai sebuah komunitas rumah hantu yang terus mencari formula dan media komunikasi yang tepat dengan ‘dunia hantu’ di tahun 2010. Dalam perjalanannya, SEKAT Studio berusaha mendengar dan melihat cerita-cerita tentang hantu, kemudian mereka mencoba menghidupkannya lewat berbagai bentuk interaksi dan imitasi di tempat-tempat yang penuh dengan aktivitas manusia. Beberapa karya SEKAT Studio, di antaranya adalah Trektrek dan Lapangan Bintang (2021) dan Si Mata Besar dan Si Mulut Besar (2022).

Komunitas Wayang Suket Indonesia didirikan oleh Gaga Rizky sebagai upaya untuk melestarikan budaya wayang suket. Pada mulanya komunitas Wayang Suket Indonesia dibentuk saat berada di Kota Surakarta, ketika Gaga Rizky merantau untuk  berkuliah di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS). Pada 2019 Wayang Suket Indonesia melakukan pementasan dan residensi Shadowlight Production bersama Larry Reed (USA) di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) Yogyakarta, dengan lakon Dewi Sri. Karya-karyanya antara lain, Timun Emas (2018), Roro Jonggrang (2019), dan Jaka Tarub (2022). Wayang Suket Indonesia juga menjadi salah satu kelompok terpilih dalam program Ruang Kreatif 2019 dari Indonesia Kaya, Garin Workshop, dan Bakti Budaya Djarum Foundation.

Institute Tingang Borneo Theater berdiri pada 2013 di Kalimantan Tengah. Karya-karyanya antara lain adalah Siapa Aku, Siapa Kamu (2013), Jangan Coblos Saya (2014), dan Sendratari – Air Mata Primata (2021). Mereka juga pernah berkolaborasi dalam The Mapping of Experimental Music, Noise, Sound Art Act from Borneo bersama musisi Theo Nugraha. Pada 2021 menjadi kelompok terpilih pada Gulali Festival yang diinisiasi oleh Papermoon Puppet Theater dan Ayo Dongeng Indonesia.

Papermoon Puppet Theatre didirikan pada April 2006 di Yogyakarta, Indonesia oleh Maria Tri Sulistyani (Ria). Ia kemudian memelihara, mengembangkan, dan memperluas kerja-kerja  komunitas teater boneka ini bersama Iwan Effendi, seorang seniman visual dan desainer boneka Papermoon. Mereka bekerja sama dengan seniman boneka lainnya, antara lain Anton Fajri, Pambo Priyojati, Beni Sanjaya, Muhammad Alhaq dan Hardiansyah Yoga. Hingga saat ini, Papermoon Puppet Theatre telah menciptakan lebih dari 30 pertunjukan boneka dan instalasi serta pameran seni visual dan telah kelilingi ke lebih dari 10 negara. Pada 2008, Papermoon Puppet Theatre menggagas program Pesta Boneka, sebuah biennale boneka internasional yang menyambut para seniman boneka dari seluruh dunia untuk ditampilkan di Indonesia.

Bagikan

Rekomendasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button